Asal-usul Pesantren dan Perkembangannya dari Masa ke Masa
Editor: William Ciputra
KOMPAS.com - Pondok Pesantren merupakan lembaga pendidikan pribumi tertua yang ada di Indonesia. Hingga saat ini pondok Pesantren masih sangat diminati dalam pendidikan di Tanah Air.
Pondok Pesantren dapat dipahami sebagai sistem pendidikan di mana murid diharuskan tinggal bersama dalam satu lokasi pondokan.
Murid dalam sistem Pondok Pesantren disebut dengan Santri. Sementara guru yang menjadi pemimpin Pondok Pesantren dikenal Kiai.
Pondok Pesantren utamanya mengajarkan ajaran Islam kepada para santrinya. Saat ini sistem di Pondok Pesantren jauh lebih sistematis ketimbang di masa lalu.
Asal-usul Pesantren
Melansir laman Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kementerian Agama, setidaknya ada dua pendapat mengenai sejarah pesantren ini.
Video Rekomendasi
Pendapat versi pertama menyebutkan bahwa pesantren atau pondok pesantren berakar dari tradisi Islam itu sendiri.
Ada dua cabang pendapat dalam versi pertama ini. Cabang pertama menyebutkan pesantren sudah dikenal sejak zaman Nabi Muhammad berdakwah dulu.
Saat itu para sahabat Nabi belajar agama Islam dengan dikelompokkan di rumah-rumah. Salah satu rumah yang terkenal sebagai tempat belajar Islam adalah rumah Arqam bin Abil Arqam.
Sementara cabang pendapat kedua menyebutkan tradisi pesantren berasal dari kalangan sufi penganut tasawuf.
Baca juga: Sejarah Pondok Pesantren dan Perjuangan Kemerdekaan
Dalam tradisi sufi di Indonesia, pemimpin tarekat sufi disebut Kiai. Kiai ini akan mewajibkan pengikutnya untuk suluk selama 40 hari dalam setahun.
Biasanya, Kiai akan tinggal di dekat masjid. Nantinya, para pengikut itu akan ditempatkan di pondok-pondok sekitar masjid selama suluk.
Adapun pendapat versi kedua menyebutkan bahwa pesantren merupakan sistem yang diadopsi dari tradisi Hindu di Nusantara.
Pendukung pendapat ini meyakini bahwa guru-guru ajaran Hindu juga membuka pemondokan bagi para muridnya.
Di Nusantara, Pondok Pesantren sendiri baru diketahui keberadaannya setelah abad ke-16 Masehi.
Perkembangan Pondok Pesantren
Selain mencetak santri yang kemudian menjadi kiai, Pondok Pesantren ini juga menghasilkan banyak karya berupa kitab-kitab klasik.
Di antara kitab-kitab klasik itu adalah Serat Cobolek dan Serat Centini. Keduanya mengungkap keberadaan pesantren yang eksis setelah abad 16.
Pada masa penjajahan, perkembangan Pondok Pesantren sama sekali tidak terhambat.
Bahkan, pesantren-pesantren itu justru menjadi pusat perjuangan dalam melepaskan diri dari penjajahan Belanda.
Sebut saja Kiai Kasan Besari dari Pondok Pesantren Tegalsari, Ponorogo, Jawa Timur. Ada pula yang menyebut nama beliau Mohammad Besari.
Baca juga: Nadiem Makarim: Santri Masa Depan Indonesia
Kiai Kasan Besari dianggap sebagai mahaguru para bangsawan dan pejuang yang berjuang melawan Belanda melalui keilmuan masing-masing.
Dari Kiai Kasan Besari muncul seorang pujangga besar dan terakhir tanah Jawa yaitu Ranggawarsita.
Selain itu, dari trah Kiai Kasan Besari juga lahir Haji Oemar Said Cokroaminoto, yang dikenal sebagai guru sejumlah tokoh, salah satunya Ir Soekarno.
Pada masa menjelang kemerdekaan, pondok pesantren terus memberikan kesadaran bagi rakyat Indonesia untuk berjuang demi kemerddekaan.
Pondok pesantren juga berhasil menjelma menjadi garis pertahanan saat melawan penjajahan secara fisik.
Salah satu contoh nyata adalah perlawanan KH Zainal Mustafa dari Singaparna, Tasikmalaya, yang angkat senjata melawan Jepang.
Setelah kemerdekaan, kiprah perjuangan pondok pesantren tidak surut.
Bahkan para Kiai pondok pesantren, yang digalang oleh KH Hasyim Asyari mengeluarkan Resolusi Jihad untuk mempertahankan kemerdekaan.
Resolusi Jihad ini yang menginspirasi para santri dan pejuang di Surabaya dalam pertempuran 10 November 1945.
Resolusi Jihad itu dikeluarkan pada tanggal 22 Oktober, yang mana saat ini diperingati sebagai Hari Santri Nasional.