Penyakit reproduksi merupakan penyakit yang terjadi pada organ-organ reproduksi. Penyakit ini bisa disebabkan oleh infeksi, hormon, genetik, dan berbagai faktor lainnya.
Infeksi yang terjadi pada organ reproduksi perempuan dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur, virus, maupun kombinasinya. Untuk penyakit yang tidak terkait infeksi, salah satunya dapat disebabkan perubahan sifat jaringan menjadi terlalu aktif bertumbuh atau yang dikenal dengan tumor.
Sistem reproduksi sendiri berbeda antara perempuan dan laki-laki. Masing-masing memiliki keunikan tersendiri, sehingga penyakit yang ditemukan juga dapat berbeda.
Sudah kenal dengan masing-masing sistem reproduksi kan? sekarang kita kenalan dengan berbagai penyakit yang sering ditemukan pada masing-masing sistem reproduksi perempuan dan laki-laki, yuk!
Kenali gejalanya, penyebabnya, dan strategi untuk mencegahnya!
Penyakit Reproduksi
Perempuan dan laki-laki mengalami penyakit reproduksi yang berbeda-beda. Berikut adalah jenis-jenisnya:
Penyakit Reproduksi pada Perempuan
1. Vaginitis
Penyakit vaginitis terjadi karena adanya infeksi pada area vagina yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme seperti bakteri, jamur, dan parasit. Infeksi ini dapat terjadi akibat kurangnya higienitas area vagina, perubahan komposisi flora (komunitas bakteri) alami di vagina, maupun hubungan seksual.
Bila tidak diatasi dengan baik, vaginitis dapat mengganggu kualitas hidup perempuan. Gejala yang sering didapatkan adalah keputihan pada vagina. Keputihan ini disertai rasa gatal atau bau, dapat disertai berwarna kekuningan atau kehijauan.
2. Condiloma Accuminata
Condiloma accuminata atau dikenal juga dengan kutil kelamin merupakan penyakit sistem reproduksi wanita yang disebabkan oleh virus yang bernama human papiloma (HPV), umumnya tipe risiko rendah. Virus tersebut biasanya ditularkan melalui hubungan seksual (terutama yang tidak menggunakan pelindung/kondom).
Bila tidak tertangani dengan baik, kutil kelamin dapat tumbuh terus menjadi benjolan besar yang mengganggu, terkadang gatalnya mengganggu, terkadang perih dan dapat terluka bila tergesek pakaian dalam.
Condiloma accuminata ditandai dengan timbulnya benjolan kulit. Ukurannya dapat bervariasi mulai dari bintil-bintil yang sulit terlihat sampai gundukan lebih besar menyerupai bunga kol (atau jengger ayam). Benjolan ini dapat terasa gatal, namun dapat juga tidak terasa gatal.
3. Kista Ovarium
Yang dimaksud kista adalah kantung berisi cairan dan ovarium adalah organ reproduksi yang memproduksi sel benih perempuan/sel telur dan hormon reproduksi perempuan. Dengan demikian, kista ovarium adalah penyakit kista yang ditemukan pada indung telur bukan rahim.
Penyakit ini disebabkan perubahan sifat jaringan menjadi terlalu aktif bertumbuh. Pada sebagian kecil kasus, perubahan sifat ini dapat berubah lagi menjadi bersifat ganas dimana pertumbuhan jaringan menjadi tidak terkendali sehingga menyebar dan merusak jaringan/organ lainnya.
Bila tidak ditangani dengan baik, kista ovarium dapat terus tumbuh besar membuat benjolan dalam perut yang mengganggu organ lain, dan apabila perempuan tersebut mengalami kehamilan dapat mengganggu posisi janin.
Pada beberapa kasus, kista ovarium dapat terpuntir dan menimbulkan nyeri berat.
Gejala kista ovarium dapat berupa terasa benjolan di dalam perut bawah. Benjolan ini dapat berukuran kecil, dapat pula membesar seiring berjalannya waktu.
4. Kanker Serviks
Kanker serviks merupakan salah satu penyakit yang sangat umum terjadi di Indonesia.
Kanker atau tumor ganas adalah penyakit di mana jaringan tubuh bersifat ganas atau bertumbuh terus secara tidak terkendali dan dapat menyebar serta merusak jaringan/organ lainnya. Serviks atau leher rahim merupakan bagian dari rahim perempuan yang menghubungkan rahim dengan vagina.
Dengan pengertian tersebut, kanker serviks merupakan penyakit kanker yang berasal dari jaringan serviks perempuan.
Kanker serviks utamanya disebabkan infeksi virus human papilomavirus (HPV) terutama tipe risiko tinggi yang mengubah sifat jaringan di serviks dari bersifat normal menjadi bersifat ganas. Bila ditemukan sudah pada stadium lanjut (derajat penyakit sudah parah), risiko menimbulkan kematian lebih besar.
Kanker serviks dapat tidak bergejala sampai memasuki stadium lanjut. Gejala yang dapat dirasakan oleh perempuan dengan kanker serviks dapat berupa keputihan yang berbau busuk, perdarahan pasca hubungan seksual, dan sebagainya.
5. Radang Panggul
Penyakit radang panggul disebabkan oleh infeksi yang terjadi pada saluran telur dan indung telur perempuan yang terletak di rongga panggul. Infeksi tersebut terjadi karena adanya bakteri yang merambat melalui vagina, misalnya clamydia dan gonorrhea.
Bakteri ini dapat menular melalui hubungan seksual, terutama yang tidak menggunakan pelindung/kondom. Penyakit ini bila terus berlanjut dapat menimbulkan masalah infeksi berat, gangguan kesuburan, dan kehamilan di luar rahim.
Gejala yang dikeluhkan dapat berupa keputihan yang berbau, berulang, dengan disertai demam dan nyeri di area panggul.
Penyakit Reproduksi pada Laki-laki
1. Masalah pada Penis
Masalah pada penis meliputi disfungsi ereksi, kelainan bentuk penis, dan kanker penis. Kondisi-kondisi ini dapat terjadi karena penyakit menular seksual seperti herpes genita, HIV/AIDS, sifilis, dan gonore.
Mengingat penyakit ini dapat ditularkan, sangat penting untuk menjaga kesehatan organ reproduksi dengan melakukan hubungan seksual yang aman. Sebab salah satu akibat dari penyakit ini adalah kemandulan.
2. Gangguan Prostat
Terdapat beberapa jenis gangguan prostat seperti prostatitis atau peradangan prostat, BPH atau pembesaran prostat, dan kanker prostat.
Apabila penyakit tersebut terjadi, tentunya akan mengganggu fungsi dari prostat itu sendiri.
Prostat merupakan sebuah kelenjar yang membungkus saluran kemih atau uretra pria. Kelenjar ini berfungsi untuk memproduksi cairan mani, menyuburkan, dan melindungi sperma.
3. Epididimitis
Penyakit ini merupakan peradangan pada saluran skrotum yang menempel pada testis.
Epididimitis dapat menyebabkan buah zakar membengkak dan terasa nyeri sebab saluran tersebut memiliki peran penting yaitu menyimpan sperma.
Beberapa gejala dari epididimitis adalah air mani mengandung darah, nyeri saat buang air kecil dan ejakulasi, dan gangguan pada kesuburan.
4. Hipogonadisme
Hipogonadisme terjadi ketika tubuh pria tidak dapat menghasilkan hormon testosteron. Apabila kondisi ini terjadi maka dapat mengganggu produksi sperma dan penurunan libido.
Tidak jarang penyakit hipogonadisme berakibat pada infertilitas karena fungsi organ-organ reproduksi lainnya ikut menurun.
5. Orchitis
Penyakit reproduksi satu ini biasanya terjadi karena adanya infeksi bakteri atau virus. Sobat Pintar harus perhatikan bahwa pada kondisi ini, orchitis dapat menyerang salah satu testis ataupun keduanya.
Hampir mirip dengan epididimitis, beberapa gejala yang terjadi karena orchitis adalah bengkaknya buah zakar hingga menimbulkan rasa nyeri.
Akibat jangka panjang dari kondisi ini adalah penurunan produksi hormon testosteron dan kemandulan.
Cara Pencegahan
Melihat akibat dari gangguan reproduksi dapat menjadi fatal, sangat penting bagi Sobat Pintar untuk terus memperhatikan kesehatan organ reproduksi.
Berikut adalah beberapa tips untuk mencegah terjadinya penyakit reproduksi:
1. Menjaga Kebersihan
Pastikan untuk selalu membersihkan organ intim terutama setelah buang air. Cara membersihkan vagina setelah buang air yang ideal adalah membasuh dengan air bersih dari depan ke belakang.
Setelahnya, keringkan vagina dengan diseka menggunakan tisu sekali pakai. Selanjutnya, area vagina dijaga tetap bersih dan jangan lembab. Sobat Pintar dapat mengganti pakaian dalam secara berkala.
2. Konsumsi Makanan Sehat
Sangat dianjurkan untuk mengonsumsi makanan kaya akan protein, lemak sehat, antioksidan, serat, vitamin, dan mineral.
Beberapa contoh makanan yang sangat baik untuk organ reproduksi adalah tomat, tuna, dan makarel karena kaya akan nutrisi baik. Namun, bila Sobat Pintar punya makanan favorit lain yang juga kaya nutrisi, boleh juga untuk terus mengkonsumsi makanan sehat tersebut, ya.
3. Hindari Seks Berisiko
Penyakit reproduksi juga rentan terjadi karena bakteri yang ditularkan melalui hubungan seksual. Berhubungan seksual dengan lebih dari satu pasangan memiliki risiko paparan dengan semakin banyak bakteri yang dapat berpindah saat hubungan seksual.